CULTURE NEGARA JEPANG
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon, nama resmi: 日本国 Nipponkoku/Nihonkoku dengarkan) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau
paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri
dari 6.852 pulau yang membuatnya
merupakan suatu kepulauan.
Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu(pulau
terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Gunung
tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk
Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara
berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang
berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan
terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun
begitu, sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada
di tangan anggota-anggota istana, shogun, pihak
militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri.
Sebagai negara maju di bidang ekonomi, Jepang memiliki produk domestik
bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga
besar dalam keseimbangan
kemampuan berbelanja.
Jepang adalah anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang
berada di peringkat ke-4 negara
pengekspor terbesar dan peringkat ke-6 negara pengimpor
terbesardi dunia. Sebagai negara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB. Dalam bidang
teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan
robotika.
1.
Kebiasaan
orang jepang
Ada beberapa point kebiasaan orang
jepang yaitu :
Makan
pakai sumpit
Kebiasaan orang jepang kalau makan pakai sumpit. Kecuali
makan sup. Itu pun kadang mereka malas pakai sendok dan mengapit isi sup pakai
sumpit. Sedangkan kuahnya dihirup. Orang jepang merasa aneh kalau melihat kita
makan nasi pakai sendok.
Pakai kaos kaki
Orang jepang selau memakai kaos kaki. Jika masuk rumah,
mereka akan melepaskan sepatunya sedangkan kaos kaki tetap terpakai, di depan
pintu tersedia sandal untuk berganti ketika masuk rumah.
Ketika ke toilet, ada sandal untuk ke toilet yang letakna di
pintu toilet. Biasanya sandal rumah hanya akan dilepas ketika masuk kamar.
Jangan memakai sepatu di dalam rumah.
Pintu geser dan tempat tidur
Rumah orang jepang kebanyakan memakai pintu geser, kecuali
pintu depan. Karena rumah orang jepang kebanyakan minimalis. Penggunaan pintu
geser bisa menghemat ruang. Juga jangan kaget kalau tidur di rumah mereka tak ada ranjang atau
dipan. Mereka tidur pakai futon atau kasur yang bila telah dipakai
untuk tidur akan dilipat kembali kemudian disimpan di lemari. Ruangan yang telah kosong tersebut akan
dipasang meja kecil untuk minum teh dan sarapan.
Biasakan
salam
Orang jepang akan senang kalo bertemu ngucapin salam,
seperti ‘Ohayou gozaimasu’, ‘Konnichiwa’ dan ‘konbanwa’. Ketika makan bersama
mereka, sebelum bersantap ucapkan ‘itadakimasu’ dan setelah selesai makan
ucapkan ‘gochiso sama deshita’, untuk menghargai hasil masakan mereka. Dan
jangan segan-segan mengucapkan ‘Arigatou Gozaimasu’ sebagai ucapan terima kasih.
Cara
duduk
Orang jepang tidak duduk di kursi tapi di lantai yang
telah dilapisi ‘tatami’ atau tikar. orang
jepang duduk dengan cara kakinya dilipat belakang, seperti posisi
duduk attahiyat awal dalam sholat. Jangan duduk secara sembarangan seperti kaki
diselongsorkan atau kaki ditopang didagu, tidak sopan
Kalau tidak biasa cara duduk seperti mereka, bisa juga
dengan cara duduk bersila, orang jepang banyak juga yang tak tahan duduk
seperti itu apalagi kaum lelaki, mereka yang tak tahan memilih duduk bersila.
Tidak buang sampah ditempat umum yang bukan pada tempatnya
Orang Jepang tidak hobi
bikin halaman atau tempat orang lain kotor. Kebiasaan ini ga tau ada
undang-undangnya atau mungkin sudah menjadi kebiasaan yang sudah di didik sejak
lahir. Tentunya hal ini patut kita tiru, jika kita makan sesuatu, sampahnya
jangan dibuang sembarangan. Kalo tidak ada tempat sampah, usahakan kantongin
kedalam saku terlebih dahulu dan membuangnya ditempat sampah yang sudah anda
temukan.
Mereka Rajin dan giat belajar
Jepang bisa maju seperti sekarang ini karena
mereka rajin belajar. Murid murid di jepang biasa belajar sampai lebih dari 12
jam,dari pagi jam 08.00 sampai 17.00, setelah selesai di sekolah mereka tidak
langsung pulang tapi mereka belajar di Juku ( semacam bimbingan
belajar) mereka belajar di Juku bisa sampai jam 22.00 dan baru pulang sekitar
jam 24.00 itu paling cepat. kalau tidak ada kegiatan di juku mereka
biasanya mengikuti les yang menunjang bakat mereka misalnya menari,karate,les
piano dan lain-lain.
Mereka disiplin waktu
Mereka sangat mengahargai waktu,.disana mereka berangkat
kerja dan sekolah sangat pagi dan jarang sekali ada yang telat,itu juga
dikarenakan mereka lebih suka berangkat dengan kendaraan umum seperti
kereta,daripada berangkat dengan kendaraan pribadi mereka,
Budaya Baca dan Menulis
Jangan kaget kalau anda
datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar
penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak
peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk
membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat manga (komik bergambar) untuk
materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah,
Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat
semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam
proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb).
Konon kabarnya legenda
penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya
institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya
terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku
asingnya diterbitkan.
Budaya Malu
Malu adalah budaya
leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan
pisau ke perut) menjadi ritual sejak
era samurai,
yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya
sedikit berubah ke fenomena mengundurkan diri bagi para pejabat (mentri,
politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan
tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh
diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas.
Budaya Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki
semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini
nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Selidik punya selidik, ternyata sudah
menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai
separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui
bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
Budaya Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan
dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang
yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua
perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang
kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan
didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
Inovasi
Jepang bukan bangsa
penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan
kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.
Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan
bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan
tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri,
Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin)
datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner.
Kemiskinan sumber daya
alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak
bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal
dari negara lain termasuk Indonesia.
Mungkin cukup
menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur Yang juga cukup
unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai
diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan
saya akan kupas lebih jauh tentang ini.
Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia
umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di
Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan
dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870
jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di
Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara
lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja
Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh
5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan agak memalukan di
Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk yang tidak dibutuhkan
oleh perusahaan.
Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak
terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik.
Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok
tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab
penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga
dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan
terbesar orang Jepang.
Mandiri
Sejak usia dini
anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri.
Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya
kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University
mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Kalaupun kehabisan uang, mereka meminjam uang ke orang tua yang itu nanti
mereka kembalikan di bulan berikutnya.
Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi
dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya.
Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup
sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih
menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan
menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang
minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang
Jepang relatif menghindari berkata tidak untuk apabila mendapat tawaran dari
orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang
karena ini belum tentu bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur
dan aset penting di Jepang.
Mereka Jarang Mandi
Tiap pagi sebelum berangkat kerja atau sekolah mereka tidak
pernah mandi,mereaka hanya cuci muka dan gosok gigi saja.Mereka mandi hanya
seminggu sekali di pemandian air panas,
Mereka Sering Bunuh Diri
Orang jepang sering bunuh diri,mereka biasa bunuh diri di
awal tahun atau akhir tahun,biasanya mereka bunuh diri karena mereka malu,banyak
daiantaranya pelajar yang tidak lulus,walaupun giat belajar ada juga yang gak
lulus. ada juga yang bunuh diri karena lilitan hutang,dan masih banyak penyebab
mereka bunuh diri.Mereka bunuh diri dengan cara menabrakkan tubuhnya
ke kereta,maklum kereta disana berkecepatan tinggi.
2.
Kebudayaan Negara Jepang
Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka
ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam
hitungan perdetik , namun sisi tradisional masuh terus dilestarikan hingga
sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai macam kebudayaan
Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini :
a. Matsuri (祭, Matsuri)
adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut
pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami,
sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari
libur perayaan. Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya
diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan
gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah
Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.
Tiga matsuri terbesar
1.
Gion Matsuri (Yasaka-jinja,
Kyoto, bulan Juli)
2.
Tenjinmatsuri (Osaka Temaangu,
Osaka, 24-25 Juli)
3.
Kanda Matsuri (Kanda Myojin,
Tokyo, bulan Mei)
Festival
dan Matsuri yang lain
- Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
- Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan Februari)
- YOSAKOI Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
- Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
- Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
- Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus
- Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
- Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
- Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu minggu pertama bulan Agustus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar